Ceritaku


Aku Benci Keberuntungan

"Ayah bilang, azula terlahir dengan keberuntungan. sedangkan aku beruntung karena telah dilahirkan. Tapi aku tak butuh keberuntungan karena aku punya semangat untuk berjuang."

_Zuko_


pagi ini aku terbangun lebih awal. ku raih hanphone yang biasa ku letakkan di dekat ujung kaki. ku lihat waktu baru menunjukkan pukul 04.10. segera aku beranjak dari tempat tidur dan mengusap wajahku. ku buka map biru yang akhir-akhir ini sering ku bawa ke kampus. map biru yang sudah lusuh...map yang selalu kujadikan alasan supaya aku tak membeli map baru.
"ah nantilah beli map baru, si biru masih bisa dipakai." kilahku setiap ingin membeli map baru.
tak ku sangsikan ia, map ini sudah setia menemaniku selama tiga semester.bahkan pernah ia tertinggal dalam angkutan umum ketika aku hendak pulang dari kampus, melalui seorang wanita yang baik ia menemukan jalan pulangnya kepadaku.
map inilah yang ku gunakan sebagai penyimpanan berkas sementara. mulai dari KRS, KHS, atau berkas-berkas mengajukan beasiswa. ya...map ini pernah menyimpan semua hal-hal penting yang berkaitan dengan kuliahku.

ku buka si biru, ada sebuah berkas yang harus ku isi. berkas formulir beasiswa.
"beasiswa lagi..beasiswa lagi" bisikku dalam hati. entah mengapa akhir-akhir ini aku agak alergi mendengar kata beasiswa.
entahlah...apa yang kupikirkan.
pagi ini,ia benar-benar membuatku luka. luka yang baru terasa sakit karena selama ini tak pernah ku hiraukan.
seakan-akan aku di campakkan mimpi dan angan-angan. benar...mereka telah mencampakkanku.

" hey kau...sudah berapa kali kau mengurus berkas seperti ini???" kata si biru
" tidakkah kau merasa bosan..." tambah si biru lagi sambil menyunggingkan senyum yang membuat hatiku ngilu.

ku lemparkan pena ke sisi kananku. aku benar benar kecewa dengan kata-kata si biru.
" benar..aku sudah bosan. bahkan kau sudah tahu seberapa bosannya aku dengan berkas-berkas ini." jawabku
aku juga bosan dengan kata-kata ibu yang selalu bertanya mengapa aku tak mendapat beasiswa.bukan hanya bosan,
bahkan aku tak mampu menjawabnya.

" he..." si biru tertawa sinis mengejekku
" mana mimpi-mimpi yang selama ini kau anggap harapan. lihatlah...mereka semua berpaling darimu."
" semua mimpi-mimpimu itu  telah meninggalkanmu.."
" oh ya...mana keberuntunganmu. bukankah kau sering berkata _siapa tahu aku beruntung_ namun nyatanya kau tak beruntung. simpan semua kata-katamu itu....kata-kata itu membuatku muak." puas si biru mengejekku karena tak satupun kata-katanya bisa ku sangkal.

namun akhirnya si biru merasa kasihan padaku. ia tak tega melihatku yang tersudut tak kuasa menyangkal ejekannya, ia melembutkan kata-katanya.
" baiklah...aku tak bisa berbuat apa-apa. coba  kau tanyakan kepada keberuntungan."

dengan semua goncangan itu, aku memberanikan diri bertanya pada keberuntungan.
" wahai keberuntungan, mengapa kau meninggalkanku??" tanyaku pada keberuntungan.

"hahahahahaha...lihat dirimu..." jawab keberuntungan sambil menunjuk ke arahku
" bercerminlah, apakah kau pantas untuk beruntung."
keberuntungan pergi dan  tak sedikitpun ia menoleh ke belakang.

"tidak, jangan pergi. aku belum selesai bicara dengan mu" teriakku
semakin lama keberuntungan semakin tak terlihat lagi.

aku melihat  si biru memberi isyarat bahwa aku ingin ia menghiburku, tapi si biru sudah taklagi banyak bicara.
" biru..bicaralah...bantu aku !" aku berteriak pada si biru

si biru tak menghiraukanku.
aku marah.
ku raih map biru itu lalu ku lempar.
-------------------------------------------------------------------------------
Langit Abu-abu
Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan
yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu

terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka 
dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. ya, jalanmu dan jalanku.
meski diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu.

aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. pernahkah kau mendengar kisah mereka?
hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tapi tidak bersama dalam perjalanan.
seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.